Barang kali kita sering mendengar pepatah lama ini “Mulutmu harimaumu!” yang memiliki arti segala perkataan yang diucapkan, akan dapat merugikan diri sendiri apabila tidak dipikirkan dahulu. Makna dari mulutmu harimaumu adalah apa yang sudah diucapkan, tidak bisa untuk ditarik kembali.
Seringkali ucapan yang keluar dari mulut seseorang sekan menjadi seekor harimau yang menerkam dan menikam laksana belati yang terhunus dan terhujam ke hati orang lain. Kemudian menyisakan luka yang panjang pada orang lain itu.
Mulutmu Harimaumu
Sekali-sekali kita perlu bertanya: mengapa Tuhan memberi kita dua telinga, dua mata, dua lubang hidung, dan satu mulut dalam keseluruhan formasi wajah dan kepala kita?
Pada masa kanak-kanak, seorang guru pernah memberi jawaban yang sederhana, namun melekat hingga kini. Dikatakannya, Tuhan memberi kita dua telinga agar kita banyak mendengar. Memberi kita dua mata agar kita bisa melihat dengan jelas dan fokus. Memberi dua lubang hidung, agar kita bisa menyerap oksigen dengan baik dan mengeluarkannya dengan baik pula.
Tuhan memberi mulut dengan dua bibir, agar kita memahami untuk bicara efisien dan efektif. Mulut tidak dipergunakan untuk berbicara dengan diri sendiri, karena yang melakukan fungsi itu lebih banyak hati, perasaan. Ibaratnya, “Mulutmu Harimaumu”
Intinya adalah supaya manusia pandai menyimak dan mengendalikan diri, sehingga jelas apa yang dia pikirkan dan jelas pula apa yang dia harus ungkapkan.
Dampak Dari Mulut
Mulut adalah bagian dari keseluruhan indra yang sering dimaknai sebagai anasir wajah yang bisa memberi dampak positif dan sekaligus negatif. Bagi manusia, mulut sedemikian simbolik jadinya. Melalui mulut, keindahan kata menjadi bermakna. Melalui mulut pula, ungkapan hati dan perasaan terungkap. Melalui mulut dan mata, kasih sayang terungkapkan.
Dalam banyak hal, mulut menjadi simbol ekspresi dan refleksi yang akan menandai bagaimana manusia menjadi sungguh manusia. Keelokan akhlak, budi pekerti, dan akal budi mengalir pula melalui mulut. Dan banyak sekali nilai-nilai pergaulan insani berhubungan dengan mulut.
Dalam perkembangan kehidupan insani, mulut sering juga disebut sebagai l’energia principale, salah satu instrumen manusia untuk mentransformasikan (minimal mengkomunikasikan) energi utama yang terlahir dari paduan kecerdasan akal dan kehalusan perasaan. Terutama karena apa yang terlontar dari mulut berhubungan langsung dengan sensitivitas manusia dalam menyikapi berbagai hal.
Di sisi lain dalam konteks pemenuhan hajat hidup elementer, mulut merupakan penyeleksi utama apa saja yang masuk ke dalam perut kita. Cara mengunyah santapan menentukan bagaimana kita akan memengaruhi pencernaan dan berdampak pada kesehatan
Sebagai organ, mulut memang mempunyai anasir-anasir instrumen yang lengkap. Termasuk di dalamnya, lidah yang mempunyai ragam fungsi, khasnya untuk mengecap dan mengenali rasa. Karena itu pula, kebersihan mulut selalu menjadi sangat penting.
Dari banyak referensi kita menemukan, banyak sekali penyakit (fisik dan mental) yang diderita manusia, terkait dengan mulut. Apa yang masuk melalui mulut haruslah sesuatu yang sungguh dapat diterima oleh organ di dalam perut. Bila tidak, organ-organ di dalam perut akan menolaknya. Ketika hal itu terjadi, dipastikan, manusia akan menderita sakit
Secara filosofis, sering dikatakan, apa yang masuk melalui mulut menentukan bagaimana sosok manusianya. Mulut yang terbiasa dijejali oleh sesuatu yang dilarang Tuhan akan membentuk karakter buruk pada manusianya. Tak hanya sebatas bentuk dan ragamnya, melainkan cara memperoleh apa yang kita masukkan ke dalamnya.
Mulutmu Harimaumu – Lentera Renungan