Renungan penyebab utama masyarakat senang sekali ribut.
Tuhan memberikan pikiran sebagai tanda manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibanding dengan makhluk lain. Dengan pikiran, semestinya manusia mampu memilih jalan hidup damai dan tenteram, tak hanyut ke dalam pusaran kegaduhan.
Kegaduhan yang terjadi (biasanya ditandai dengan friksi dan konflik), karena dominannya pikiran negatif dalam seluruh proses bertindak dan berperilaku sebagai manusia.
Bila pikiran positif yang mendominasi, manusia akan berinteraksi dengan sesamanya secara positif pula. Interaksi antar manusia dan interaksi sosial, akan dihidupkan oleh cinta dan kasih sayang.
Sebaliknya, pikiran negatif akan menebar duri dalam hubungan antar manusia. Di dalam pikiran negatif itu, berkecambah prasangka-prasangka buruk. Inilah yang menghidupkan kecurigaan, iri hati, hasad, hasud, dan dengki.
Pikiran negatif, membuat manusia memiliki ego negatif yang akhirnya berkompetisi secara tidak sehat. Dunia politik kita, seperti itu. Selalu diselimuti oleh prasangka-prasangka buruk.
Hal ini berkaitan dengan maraknya pemberitaan khususnya tentang politik. Apalagi terkait aksi politik yang menimbulkan aksi anarki di mana-mana. Jawabannya sebenarnya sederhana, sumber masalahnya adalah pikiran.
Lantas, bagaimana mengubahnya?
Agar manusia dapat mengubah pikiran negatifnya menjadi pikiran positif, manusia harus melalui pendidikan mental yang dimulai dari usia dini. Anak, yang terlahir sebagai insan suci, harus dijaga pikiran dan perasaannya.
Kepada anak mesti diberikan pikiran dan pandangan baik tentang banyak hal. Termasuk di dalamnya menerima realitas kehidupan secara wajar dan proporsional. Berpikir Positif Bisa Jadi Bahagia.
Sejak dini, anak mesti dilatih, tak hanya berpikir cerdas, melainkan (dan lebih utama) berpikir dan bersikap bijak. Antara lain melalui proses sosialisasi internal keluarga dan lingkungan terdekat secara wajar.
Memberi ruang kepadanya untuk mampu menerima kelebihan orang lain dan mengakui kelemahannya. Memberi ruang kepadanya untuk mau berbagi kelebihannya dan tidak merendahkan orang lain karena kelemahannya
Anak yang terbiasa dilatih berpikir semacam itu, akan mempunyai keseimbangan afektif yang akan memberi arah terhadap perkembangan psikomotoriknya. Dari situ akan berkembang sikap toleran terhadap kebaikan.
Pikiran positif manusia yang dilatih sejak usia dini, akan membentuk kepribadian positif pada dirinya. Hal ini akan dapat menjadi benteng tangguh untuk menahan diri dari derasnya presumsi buruk yang datang dari mana saja. Hal itu karena berpikir positif merupakan bagian integral dari kematangan mental manusia.
Pikiran positif juga terbentuk, karena otak yang diberikan Tuhan sebagai alat untuk berpikir, bersikap, dan bertindak, merupakan instrumen yang terbuka. Instrumen yang dapat menyerap deskripsi visual maupun audial, menerima pandangan dan pemikiran orang lain dan memadu-padan dengan pikiran sendiri.
Dari situ akan berkembang pandangan obyektif dan konstruktif, yang akhirnya membentuk konstruksi nalar.
Konstruksi nalar yang terus kokoh karena terus dipergunakan untuk menyerap dan menerima hal-hal positif dan menyeleksi berbagai hal negatif, akhirnya dapat berkembang sebagai pikiran positif. Setiap manusia punya kewajiban suci: mengelola pikiran.
Inilah modal utama untuk menjadi manusia yang selalu mampu memberi solusi dan tak rela dirinya menjadi masalah atau bagian dari masalah.
Renungan: Sumber Masalah Keributan Adalah Pikiran